Media Harus Tawarkan Konsep.

[IMG:media-harus-tawarkan-konsep.jpeg]

Sudah usang tampaknya bagi praktisi periklanan media jika hanya menjajakan ruang (space) beriklan kepada pengiklan saat ini. Paradigma pengiklan mulai bergeser. Tak cuma ingin memanfaatkan ruangan di media, namun ingin memperoleh konsep gagasan beriklan dari media tersebut. Begitulah kira-kira pandangan yang mengemuka dari Fahrurrozi, Division Head Prepaid Post Paid and Corporate Brand PT Indosat, di Medan (23/5/2014). Rozi, begitu ia akrab disapa, berbicara dalam forum workshop manajemen pers yang diselenggarakan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat melalui unit kerja School of Media Management (SoMM), yang bekerjasama dengan Dewan Pers.

Di hari kedua workshop yang digelar sejak 22 Mei 2014 itu, Rozi tampil mewakili sudut pandang pengiklan. Lebih jauh, ia mengungkapkan, bahwa marketing dan sales itu beda tipis. "Jika marketing diibaratkan orang pacaran, sales seperti orang menikah," katanya. Masih menurutnya, masyarakat sekarang lebih mudah menerima perubahan. Itulah sebabnya, ia pun berharap media juga bisa berubah untuk lebih akurat menangkap dan mengakomodasi kebutuhan pasar (pembaca maupun pengiklan).

Ia beranggapan, bahwa di Indonesia kelak hanya akan ada beberapa media (mainstream) saja yang bisa bertahan mengarungi pasar yang kian kompetitif. Apalagi kini perkembangan media sosial luar biasa pesat. Bahkan klaimnya, "Kekuatan media sosial lebih kuat dari media konvensional yang sesungguhnya."

Menguatnya tren media sosial dan media digital memang memengaruhi tren beriklan di media cetak. Demikian hal tersebut ditengarai Daru Priambodo, Pemimpin Redaksi Tempo Online, dalam forum yang sama di Medan ini. "Jika dilihat 10 tahun yang lalu dibanding dengan sekarang, kue iklan di media cetak memang menurun," ungkap Daru.

Yang menarik, menurutnya, di Jepang justru tren beriklan di kedua jenis media itu sama-sama meningkat. Menurutnya, kehadiran internet seharusnya bisa dipergunakan dengan sebaik mungkin. Apalagi teknologi internet dapat dimanfaatkan oleh pengelola media cetak untuk memperoleh pendapatan tambahan. "Dan itu tidak perlu upaya tambahan (yang mahal)," jelasnya sembari membeber pengalaman Tempo mengelola versi digitalnya.

Pada bagian lain presentasinya, Daru mengungkap fakta, jika tujuh puluh persen pembaca berita di internet melakukan aktivitas membaca berita di jalur maya itu mulai pukul 07.00 - 12.00. Sebuah kenyataan yang bisa diolah pengelola media untuk menjadikannya sebagai peluang bisnis.

Workshop di Medan ini merupakan rangkaian dari perjalanan workhsop serupa di enam kota besar di Indonesia. Medan menjadi lintasan keempat. Selanjutnya, workshop akan digelar di Balikpapan, 3 - 4 Juni 2014 dan di Bandung pada 10 - 11 Juni 2014. *** (dea/asw)