Asa Media Cetak Maksimalkan Kanal Digital

[IMG:somm-1.jpeg]

Industri media massa, khususnya media cetak, kini tengah tertekan di tengah arus digitalisasi. Banyak upaya telah dilakukan masing-masing media, termasuk menggarap kanal digital.

Menurut Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat Asmono Wikan, media cetak di Indonesia bisa berkaca dari saudaranya di Negeri Paman Sam. Tahun lalu, salah satu media cetak terkemuka di AS, New York Times, sukses membukukan jumlah pelanggan digitalnya hingga 1 juta pelanggan berbayar, melampau versi cetaknya.

“Kenapa di Amerika bisa sementara di Indonesia hingga saat ini sepertinya masih susah? Belum ada contoh media cetak yang sukses meningkatkan pelanggan digital seperti di AS,” katanya.

Di sisi lain, ketika masuk ke ranah digital, media di Indonesia juga memiliki kompetitor raksasa yakni Facebook dan Google. Bahkan, asumsi belaja iklan digital 2015 di Indonesia sebesar Rp 1,1 triliun, konon 50 persennya masuk ke Google. “Karena itu saya tidak sepakat kalau kita bersaing sesama media, musuh bersama kita justru Google dan Facebook,” tegasnya.

Tantangan tersebut harus dijawab oleh para praktisi media cetak di Indonesia. Karena itu, School of Media Management (SoMM) Batch #15 mengusung tema Maksimalisasi Marketing melalui Kanal Digital. Workshop ini diharapkan menjadi ruang diskusi dan belajar bagi para praktisi marketing media cetak untuk melihat insight dari para pelaku digital marketing di Indonesia.

Acara yang berlangsung selama dua hari, Rabu - Kamis, (16-17/3/2016), di Aula SPS, Jalan Kebon Sirih 32 - 34 Jakarta menghadirkan pembicara Managing Director Inmark Digital Ventura Elisawati, CEO and Founder m-STARS Joseph Lumban Gaol, Manager Iklan Harian KOMPAS Atok Risaptoko, dan Head Bisnis Detik.com Hugo Diba.

Menyambung pengantar Asmono Wikan, Ventura mengatakan, beberapa tahun terakhir memang terjadi shifting pola konsumsi media. Sebagai konsumen media, ia sendiri merasakan orang mulai meninggalkan media cetak dan beralih ke digital. Dengan sendirinya, media cetak pun tak bisa memaksakan orang untuk membaca media cetak. Karena itu, masuk ke kanal digital dan memaksimalkan merupakan langkah wajib.

Namun, Ventura mengakui hingga saat ini memang belum ada media cetak di Indonesia yang sukses mengelola digital dan bisa menjadi menjadi model bisnis yang tepat untuk media lain. Semua masih dalam era trial and error. Satu-satunya media yang boleh dibilang sukses menikmati berkah digital baru Detik.com yang secara nature memang berawal dari digital.

Di tengah makin tingginya penggunaan internet di seluruh dunia, termasuk di Indonesia peluang bagi media untuk mendapatkan audiens yang lebih luas makin terbuka. Dari data We Are Social 2016, Ventura menunjukkan Indonesia berada di peringkat ketiga dunia (70%) dari sisi mobile’s share of web traffic.

“Ternyata ada kecenderungan, ketika akses lewat device yang di share adalah link, baik blog maupun berita. Ini challenge bagi media, bagaimana membuat konten menarik yang shareable sehingga bisa menjadi viral. Ukurannya adalah jika info yang kita share itu setelah berputar-putar di-share jejaring kita, lalu akhirnya bisa balik lagi ke kita,” katanya.

Menurut Ventura, media kini menghadapi dua tantangan. Pertama, memanfaatkan bauran digital & social media sebagai “SEO” untuk menarik minat pembaca. Kedua, mengintegrasikan social media untuk menciptakan produk promo/iklan yang sesuai kebutuhan pemasang/produsen. *** (nif)